Demensia

A.    Apa itu Demensia ???
Demensia (english : dementia, senility), merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan pada otak. Demensia bukanlah penyakit, dan juga bukan sindrom. Demensia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari penderitanya. Kondisi penderita demensia secara perlahan mengalami kemunduran yang tidak dapat dihindarkan.
Demensia merupakan kondisi keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai pertumbuhan & perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran konseptual. Biasanya kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif. Demensia bisa terjadi pada setiap umur, tetapi lebih banyak pada lanjut usia (l.k 5% untuk rentang umur 65-74 tahun dan 40% bagi yang berumur >85 tahun). Kebanyakan mereka dirawat dalam panti dan menempati sejumlah 50% tempat tidur.
B.    Jenis-Jenis Demensia
     Dikenal beberapa jenis dari demensia, yaitu :
1.   Demensia vaskular
Pada penderita jenis demensia pada tahap ini menurut skala MMSE (english : Mini-Mental State Examination) akan mengalami gangguan minor pada orientasi tempat, waktu dan ingatan di 3 tahun pertama yang disebut MCI (english : Mild Cognitive Impairment) dengan penurunan ketebalan dan volume otak pada korteks entorinal, hipokampus dan girus supramarginal.
2.  Demensia yang disertai badan Lewy
3.   Demensia frontotemporal
Jenis demensia ini terjadi pada penderita sklerosis lateral amiotrofik dan penyakit degeneratif lobus frontotemporal.
4.  Demensia paralitik
Jenis demensia ini ditemukan oleh Julius Wagner-Jauregg.

C.   Faktor Penyebab dan Gejala Demensia
Banyak penyakit atau sindrom yang menjadi faktor penyebab munculnya demensia, seperti strok, Alzheimer, AIDS, Huntington, Creutxfeldt-Jakob, Parkinson, dan lain-lain. Terjadinya defisiensi pada niasin pun dapat menjadi penyebab demensia.
Pikun merupakan gejala yang umum dialami pada penderita demensia, namun pikun belum berarti indikasi terjadinya demensia. Orang-orang yang menderita demensia sering tidak dapat berpikir dengan baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik. Oleh sebab itu, penderita lambat laun akan kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional, yang terkadang menjadi tidak terkendali.
Berikut adalah tanda dan gejala demensia :
1.      Seluruh jajaran fungsi kognitif rusak.
2.      Awalnya gangguan daya ingat jangak pendek.
3.      Gangguan kepribadian dan perilaku, mood swings.
4.      Defisit neurologik motor dan foka.
5.      Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.
6.      Gangguan psikotik seperti halusinasi, ilusi, waham dan paranoia.
7.     Agnosia, apraxia, afasia.
8.     ADL (Activities of Daily Living) susah
9.      Kesulitan mengatur penggunaan keuangan.
10.   Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian.
11.    Lupa meletakkan barang penting.
12.   Sulit mandi, makan, berpakaian, toileting.
13.    Mudah terjatuh, keseimbangan buruk.
14.   Akhirnya lumpuh, inkontinensia urine dan alv.
15.   Tidak dapat makan dan menelan.
16.   Koma dan kematian.

Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD) merupakan suatu akibat yang merepotkan bagi pengasuh dan membuat payah bagi sang pasien karena ulahnya yang sangat mengganggu. Berikut adalah gangguan perilaku yang terjadi :
1.      Agitasi
2.      Hiperaktif
3.      Keluyuran
4.      Perilaku yang tak adekuat
5.      Abulia kognitif
6.      Agresif
7.     Verbal, teriak
8.     Gangguan nafsu makan
9.      Gangguan ritme diuma
10.   Perilaku tidak sopan
11.    Perilaku seksual tidak sopan
12.   Deviasi seksual
13.    Piromania
14.   Depresi berat
15.   Labilitas emosional
16.   Sindrom waham dan salah identifikasi
17.   Paranoid
18.   Rumah lama dianggap bukan rumahnya
19.   Palsu
20.  Tidak setia
21.   cemburu patologik
22.   Keluarga/kenalan yang telah mati dianggap masih hidup
23.   Halusinasi
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adannya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal sebagaimana lansia pada umumnya yang mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, ketika mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal.
Diagnosis dilaksanakan dengan pemeriksaan klinis, laboratorlum dan pemeriksaan pencitraan (imaging), dimaksudkan untuk mencari penyebab yang bisa diobati. Pengobatan biasanya hanya suportif. Zat penghambat kolines terasa (Cholinesterase inhibitors) bisa memperbaiki fungsi kognitif untuk sementara, dan membuat beberapa obat antipsikotika lebih efektif daripada hanya dengan satu macam obat saja.

Hhmmm, demikian sedikit info mengenai demensia,, lakukan yang terbaik untuk hidup yang lebih baik dan sehat :)


Daftar rujukan :

Comments

Popular posts from this blog

Peredaran Getah Bening, Tonsil, & Kura/Limfa

Vesikula Seminalis

Something About -PENGUIN-