Darah (Blood)

Segumpal daging pemompa darah….
Jantung merupakan pemompa darah yang seluruhnya tersusun atas otot. Selama rata-rata hidupnya, jantung memompa 200 milyar liter darah, cukup untuk mengisi taman New York dengan kedalaman 15 meter. Jantung membutuhkan kurang dari 90 detik untuk mengedarkan darah keseluruh pembuluh darah di tubuh sepanjang 100.000 km.
Jantung merupakan organ vital bagi kehidupan manusia. Oleh karena fungsinya yang sangat penting, berbagai macam cara digunakan untuk mendukung daya kerja jantung pada pasien yang mengalami gangguan pada jantungnya. Jantung berfungsi untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh. Darah harus selalu beredar karena di dalamnya terkandung zat-zat penting yang diperlukan oleh zsel-sel tubuh untuk dapat bermetabolisme. Untuk mencapai sel-sel tubuh, dari jantung darah membutuhkan pemuluh darah. Apa saja yang termasuk sebagai pembuluh darah? Selain peredaran darah, dalam tubuh juga terdapat sistem peredaran lain yang disebut peredaran getah bening.

1.    Komposisi Darah
Darah terdiri atas dua komponen utama, yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah merupakan bagian yang cair, terdiri atas serum dan fibrinogen. Sel-sel darah merupakan bagian yang padat, terdiri atas sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah.
a.    Plasma darah
Plasma darah merupakan cairan yang berwarna kuning jernih. Plasma darah mengandung 90% air dan larutan bermacam-macam zat sejumlah 7% sampai 10%. Zat-zat yang terkandung dalam plasma darah antara lain sari makanan, hormon, enzim, mineral, antibodi, serta zat-zat sisa (misalnya CO2 dan sisa pembongkaran protein). Sari-sari makanan tersebut diserap dari usus halus. Mineral-mineral pada plasma darah terdapat dalam bentuk garam mineral. Fungsi garam-garam mineral adalah untuk mengatur tekanan osmotik dan pH darah. Protein yang terdapat dalam darah (protein darah) terdiri atas albumin, globulin, dan fibrinogen. Albumin berperan dalam pengaturan tekanan darah. Globulin biasanya dikenal sebagai imunoglobulin untuk melawan bibit-bibit penyakit. Fibrinogen dalam protein darah berfungsi membentuk benang-benang fibrin. Benang-benang fibrin berperan penting dalam proses pembekuan darah saat tubuh terluka. Apabila larutan protein dalam plasma darah diendapkan dengan centifuge (alat pemutar), akan tertinggal cairan berwarna kuning jernih yang disebut serum.
Serum mengandung antibodi yang dapat melawan zat atau benda asing atau kuman yang masuk ke dalam tubuh. Zat asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen. Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen disebut presipitin; yang dapat menguraikan antigen disebut lisin;  dan yang dapat menawarkan racun disebut antitoksin.
b.   Sel-Sel Darah
Sel-sel darah dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah puti (leukosit), dan keping-keping darah.
1)   Sel Darah Merah
Sel darah merah (eritrosit) berbentuk bulat merah, bagian tengahnya cekung (bikonkaf), dan tidak berinti. Eritrosit berwarna merah karena mengandung hemoglobin. Hemoglobin adalah senyawa protein yang mengandung zat besi. Sel darah merah dibentuk di dalam sum-sum merah tulang pipih. Selanjutnya, darah beredar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Umur sel darah merah lebih kurang 120 hari. Sel darah merah yang telah tua akan dibongkar oleh hati dan limfa. Di dalam hati, hemoglobin diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang kemudian ditampung di dalam kantung empedu. Bilirubin ini berfungsi memberi warna pada feses. Zat besi yang terdapat pada hemoglobin akan dilepas dan digunakan untuk membentuk sel darah merah baru.
Fungsi utama sel darah merah adalah mengikat oksigen dan karbondioksida. Bagian sel darah merah yang sangat berperan dalam mengikat oksigen adalah hemoglobin. Proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin dalam paru-paru dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
Hb (hemoglobin) + O2 (Oksigen) -----> HbO2 (Oksihemoglobin)
Karbon dioksida lebih mudah larut dalam air daripada oksigen. Karbon dioksida mudah berikatan dengan air dalam plasma darah membentuk asam karbonat. Asam karbonat kemudian membebaskan ion hidrogen yang menyebabkan pH darah akan turun (asam). Apabila karbon dioksida hanya diangkut dengan cara ini, metabolisme tubuh akan terganggu. Agar tidak membahayakan, tidak lebih dari 5% - 10% karbon dioksida yang dihasilkan jaringan mengalami pengangkutan dengan cara ini. Selebihnya, pengangkutan karbon dioksida dilakukan oleh sel darah merah. Sekitar 25% karbon dioksida berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah membentuk karbaminohemoglobin. Karbon dioksida tidak bergabung dengan hemoglobin di tempat yang sama pada oksigen. Sel darah merah dari jantung yang sampai ke sel-sel tubuh akan membebaskan oksigen dan meningkatkan pengangkutan karbon dioksida dari sisa-sisa oksidasi sel. Sel darah yang membawa karbon dioksida tersebut dari sel-sel tubuh saat sampai ke paru-paru akan mengikat oksigen. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin ini akan menaikkan pembebasan karbon dioksida. Dengan adanya 2 mekanisme penting tersebut, pengangkutan karbon dioksida dapat berlangsung dengan aman dan cepat.
Pada kondisi normal, jumlah sel darah merah dalam tubuh manusia kurang lebih 5 juta tiap milimeter kubik (mm3). Lingkungan juga mempengaruhi jumlah sel darah merah dalam tubuh seseorang. Makin tinggi suatu tempat, kadar oksigen di atmosfer makin berkurang. Orang yang hidup di dataran tinggi mengadakan adaptasi dengan cara memperbanyak jumlah sel darah merah agar kebutuhan oksigen tubuh tetap tercukupi.  
2)   Sel Darah Putih
Sel darah putih disebut juga leukosit. Sel ini memiliki inti, tetapi tidak memiliki bentuk sel yang tetap dan tidak berwarna. Sel darah putih dalam setiap milimeter kubik darah kurang lebih berjumlah 8000. Tempat pembentukan sel darah putih adalah pada sum-sum merah tulang pipih, limfa, dan kelenjar getah bening. Semua sel darah merah memiliki masa hidup antara 6 hingga 8 hari.
Sel darah putih dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil. Umumnya, berukuran lebih besar daripada sel darah merah, bentuk amoeboid (tidak beraturan), dan berinti sel bulat atau cekung. Jenis sel darah putih yang terbanyak ialah neutrofil, sekitar 65-75%. Neutrofil berfungsi mneyerang dan mematikan bakteri penyebab penyakit yangmasuk ke dalam tubuh dengan cara menyelubunginya dan melepaskan suatu zat yang mematikan bakteri. Jumlah limfosit di dalam sel darah putih sekitar 20-25%. Limfosit bertugas membentuk antibodi, yaitu sejenis protein yang berfungsi memerangi kuman penyakit. Jumlah monosit di dalam darah putih sekitar 2-6%. Seperti halnya neutrofil, monosit berfungsi untuk menyerang dan mematikan bakteri. Jumlah eosinofil dalam sel darah putih sekitar 2-5%. Eosinofil berfungsi menyerang bakteri, membuang sisa sel yang rusak, dan mengatur pelepasan zat kimia pada saat menyerang bakteri. Basofil di dalam darah pun berjumlah sekitar 0-5%, berfungsi mencegah penggumpalan di dalam pembuluh darah.
Sel darah putih memiliki sifat fagosit, yaitu mematikan kuman penyakit dengan cara “memakan” kuman tersebut. Untuk menghancurkan kuman penyakit, sel darah putih dapat menembus dinding pembuluh darah. Kemampunan itu disebut diapedesis. Peningkatan jumlah sel darah putih yang tidak terkendali dapat mengakibatkan sel-sel darah putih memakan sel darah merah atau bersifat abnormal. Hal ini terjadi pada penderita kanker darah (leukimia).
3)   Keping-Keping Darah
Keping-keping darah atau trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur seperti pecahan keramik, tak berwarna dan tidak berinti. Pada kondisi normal, jumlah keping darah dalam tubuh kurang lebih 250.000 tiap milimeter kubik darah. Keping-keping darah ini berfungsi dalam proses pembekuan darah.
2.    Proses Pembekuan Darah
Proses pembekuan darah atau penggumpalan darah merupakan proses yang kompleks untuk mencegah tubuh kehilangan banyak darah ketika terjadi luka. Proses tersebut meliputi pengetatan pada dinding pembuluh darah yang terluka, pelepasan zat untuk menarik keping-keping darah ke daerah luka, dan pembentukan benang-benang fibrin. Komponen darah yang terlibat dalam proses penggumpalan darah adalah keping-keping darah dengan bantuan ion kalsium.
Apabila luka terjadi pada pembuluh darah yang tipis, pengetatan dinding pembuluh darah dapat mencegah pengeluaran darah. Tetapi, jika terjadi kerusakan cukup besar pada pembuluh darah, keping-keping darah akan berkumpul di sekitar luka dalam jumlah besar dan menempel pada pembuluh darah, kemudian membentuk jala fibrin yang menahan keluarnya sel darah. Keping-keping darah akan mengirim zat kimia yang bekerja sama dengan zat lainnya di dalam plasma darah untuk membentuk benang-benang fibrin. Jala atau benang-benang fibrin yang terbentuk pada permukaan luka dapat menahan keping-keping darah dan sel-sel darah merah agar tidak menetes keluar. Luka yang besar dan tidak bisa diperbaiki sendiri oleh tubuh perlu dijahit agar bagian yang terbuka menjadi lebih sempit. Dengan demikian, fungsi benang-benang fibrin dan keping-keping darah menjadi lebih efisien.
Dalam proses pembentukan darah, keping-keping darah (trombosit) yang menyentuh permukaan luka yang kasar, akan pecah dan mengeluarkan trombokinase. Trombokinase akan mengubah protrombin menjari trombin. Protrombin merupakan enzim yang belum aktif, berupa senyawa globulin yang dihasilkan di hati dengan pertolongan vitamin K, sedangkan trombin merupakan enzim yang telah aktif. Pengubahan protrombin menjadi trombin memerlukan zat kalsium untuk mempercepat proses tersebut. Trombin mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang berbentuk benang-benang.
3.    Fungsi Darah
a.    Sebagai alat pengangkut, yaitu mengangkut O2 dan CO2, mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh sel tubuh, mengedarkan hormon, serta mengangkut sisa-sisa pembakaran dari sel-sel tubuh ke alat pengeluaran. Sari makanan dan hormon diedarkan oleh plasma darah, sedangkan oksigen diangkut oleh sel-sel darah merah.
b.   Sebagai alat pertahanan tubuh, yaitu pada sel-sel darah putih yang membunuh kuman yang masuk ke tubuh, dan keping-keping darah yang berfungsi untuk menutup luka.
c.    Sebagai pengatur suhu tubuh. Darah beredar mengangkut oksigen untuk keperluan oksidasi/respirasi agar dihasilkan energi lain dalam bentuk panas. Panas yang dihasilkan tersebut digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh manusia (37  ͦC). Pada suhu udara panas, darah dari pembuluh darah di kulit akan memindahkan panas ke udara di sekitarnya sehingga suhu tubuh tidak terus meningkat.
4.    Golongan Darah
Pada tahun 1990, Karl Landsteiner menemukan empat macam golongan darah. Penggolongan itu didasarkan pada ada tidaknya antigen dalam sel darah merah dan ada tidaknya antibodi dalam plasma darah seseorang.  Antigen atau aglutinogen adalah benda asing atau protein dalam sel darah merah yang dapat digumpalkan. Antibodi atau antiglutinogen (aglutinin) adalah protein dalam plasma darah yang dapat menggumpalkan darah. Selanjutnya, golongan darah manusia dibedakan menjadi A, B, AB, dan O.
Seseorang yang kehilangan banyak darah, misalnya karena mengalami kecelakaan atau operasi, akan membutuhkan darah dari orang lain. Darah dari orang lain harus sesuai dengan golongan darahnya. Jika darah yang masuk ke dalam tubuh seseorang mengandung antigen dan antibodi yang tidak sesuai, darah akan mengalami penggumpalan (aglutinasi).
Proses transfusi darah pada umumnya hanya dilakukan antara donor (pemberi darah) dan pasien (penerima darah) yang mempunyai golongan darah yang sama. Misalnya, seseorang dengan golongan darah B menerima darah dari donor yang golongan darahnya juga B. Demikian juga, seseorang yang bergolongan darah A menerima darah dari donor yang juga bergolongan darah A.

Comments

  1. cara plasma darah mengedarkan sari makanan ke tubuh itu gmana sih sis proses nya ?? ^^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Vesikula Seminalis

Peredaran Getah Bening, Tonsil, & Kura/Limfa

Alat-Alat Peredaran Darah